Sabtu, 07 Mei 2011

MEMILIH CALON PENDAMPING

Kepada Allah kita bersyukur karna telah memberi kita kenikmatan yang tiada tara yaitu di berikannya kita nafsu,jikalau nafsu ini kita bisa mengendalikanya untuk kebahagian di dunia, maka sungguh indah.nafsu kepengen memiliki pasangan dalam kehidupan ini adalah nafsu yang wajar di miliki manusia,udah sepantasnya sebagai manusia normal untuk selalu kepengin melaksanakan pernikhan dan memperoleh keturunan. Allah SWT telah berjanji di dalam kalamnya bahwa dia menciptakan manusia ini denga berpasang-pasangan sebagai mana…..
Firman Allah SWT (Surah An Najm Ayat 45-46)
وَأَنَّهُ خَلَقَ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالأنْثَى
مِنْ نُطْفَةٍ إِذَا تُمْنَى
45. Dan sesungguhnya, Dialah Yang menciptakan pasangan (lelaki & perempuan) 46. Dari air mani ketika dipancarkan (kedalam rahim)
Pada ayat ini dapat kita difahami bahwa setiap manusia ada jodohnya masing masing. jadi janganlah risau wahai saudaraku jika kita itu tidak akan mendapat jodah di dunia, maka allah akan menggantinya kelak di akhirat.
Didalam mencari pendamping rasullullah telah bersabda :
“Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, baginda bersabda, “Perempuan itu dinilai kerana empat perkara Yaitu kerana hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya, lalu pilihlah perempuan yang beragama nescaya kamu bahagia (Muttafaqun Alaihi).
Dari hadis diatas dapat diambil kesimpulan bahwa mencari calon pendamping itu harus di perhatikan dulu dan di lihat bagaimana pendamping (pasangan) itu menjalankan kehidupannya sehari-hari dalam menjalankan aktivitasnya.pergaulan, tutur katanya, pendidikannya kehormatannya, dan keturunannya.
maka dari itu coba kita perpikir sejenak apakah kreteria yang menjadi pendamping (pasangan)kita sesuai dengan yang di anjurkan oleh agama????
mari kita selidiki bersama.
1. Jika seorang itu mencari pendaping karna hanya melihat dari pada hartanya niscaya allah akan menghilangkan hartanya karana harta itu bisa lenyap kapan saja tampa kita ketahui.dan rasullulah bersabda yang artinya:
**barang siapa yang menikahi perempuan karna hartanya niscaya allah akan melenyakan harta dan kecantikannya dan barang siapa yang menikahi karna agamanya niscaya allah akan memberi karunia dengan harta dan kecantikannya.(alhadis)
2.Jika seoarang itu mencari pendaping karna keturunanya maka ia akan bertambah hina dan di hinakan, karana kebangsawan dari seorang pendamping tidak akan berpindah kepada orang lain.
rasullullah bersabda :
**barang siapa menikahi seorang karna kebangsawanannya , niscaya allah tidak akan menambah kecuali kehinaan.(alhadis)
3. Jika seorang itu mencari pendamping karna kecantikannya maka hal ini agak sedikit lebih baik dari pada yang yang mencintai harta dan kebangsawanannya, karna cinta kepada harta dan kebangsawanan akan cepat lenyap, sedangkan kecantikan akan sedikit bertahan sampai tua, jika dia tiada sombong dan angkuh,tapi rasul juga bersabda tentang bahayanya mencintai karna kecantikan :
**janganlah kamu menikahi perempuan itu karna kecantikannya, mungkin kecantikannya itu akan membawa kerusakan bagi mereka sendiri, dan janganlah kamu menikahi mereka karna mengharap harta mereka, mungkin karna hartanya itu akan menyebabkan mereka sombong,tapi nikahilah mereka karna dasar agama, karna bahwasanya hamba sahaya yang hitam lebih baik , asal ia beragama(HR=baihaqi)
4. jika seorang itu mencari pendaping karna agama dan budi perkerti inilah yang paling sempurna dan baik,dan inilah yang patut untuk di jadikan panutan atau pedoman hidup dalam mengarungi pernikahan,dan dalam pergaulan.serta dapat menjadi dasar kerukunan dan kebahagian di dalam berumah tangga.
dalam alqur’an dan alhadist kita banyak menjumpai anjuran untuk memilih agama yang paling utama, jadi sudah sepatutnyalah kita untuk menerapkan dan melaksanakan perintah agama yang telah h di gariskan dalam syariat islam.karna tiada yang lebih baik hukum (undang-undang) selain dari pada syari’at islam.semoga allah memberi taufiq dan hidayahnya kepada kita semua dan memberikefahaman akan agamanya.
Dengan kerendahan hati dan sikap untuk selalu menedepankan ke imanan kita akan kewajiban untuk patuh akan hukum-hukum allah yang disampaikan oleh baginda rasullulah untuk diterapkan dan di laksanakan dalam kehidupan kita sehari-hari supaya kita senang hidup didunia dan bahagia hidup di akhirat.amiin.
wallahu’alam

Wanita_wanita yang Haram di Nikahi

 Jika kita berbicara tentang nikah maka akan di bahas hukum sah dan tidaknya suatu pernikahan. Dalam hukum nikah akan kita dapati masalah wanita-wanita yang haram di nikahi, di dalam alqur’an di larang menikahi wanita-wanita itu di karenakan status hubungan keluarga (nasab), di karna satu persusuan (radha’a), atau dikarnakan suatu ikatan perkawinan. Jumlah keseluruhannya 14 orang.
Di haramkan menikah wanita-wanita sebab hubungan kekeluargaan (nasab) itu ada 7 golongan :
1. Ibu, mamak ibu dan terus keatas
2. Anak perempuan, cucu dan terus kebawah
3. Saudara perempuan
4. Saudara perempuan ibu(bunda,makcik, bibi,uwak)
5. Saudara perempuan ayah (bunda, makcik,bibi, uwak)
6. Anak perempuan saudara laki-laki(keponakan)
7. Anak perempuan saudara perempuan (keponakan)

Dan wanita-wanita di sebabkan persusuan itu ada 2 yaitu :
1. Ibu yang menyesui
2. anak perempuan dari ibu yang menyusui
Dan wanita yang diharamkan nikah di sebabkan hubungan perkawinan itu ada 4 yaitu :
1. Ibu dari istri (mertua)
2. Anak tiri jika ibunya sudah dijima’ (disetubuhi)
3. Istri ayah
4. Istri anak
Dan haram juga di nikahi dengan sebab perkawinan, saudara perempuan istri jika menggabungkan dalam satu masa pernikahan, baik adik atau kakak dari istri.
Sesuai denga firman Allah S.W.T dalam surat An-nisa’ 23 :
Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara.
Peringatan@=>haram mengawinin wanita-wanita lebih dari pada 4 orang, jika ingin menikah lagi maka haruslah menceraikan salah satu dari pada istri-istri yang 4 orang tersebut.
Semoga tulisan ini bermanfa’at untuk saya pribadi, dan juga untuk kaum musliman dan muslimat semua. Hanya kepada Allah kami mengharap balasan dan kepadanya kami meminta di masukan kedalam syurga firdaus. Amiin ya rabbal ‘alamin.

Cir-ciri orang Murtad menurut Ahlussunnah Waljama’ah

Murtad ialah seorang Mukmin yang menjadi Kafir dengan meyakinin, meragukan, menghalalkan atau mengharamkan salah satu dari pada kesepakatan para Ulama.
Adapun ciri-ciri orang murtad atau sebab-sebab seseorang menjadi murtad, ulama telah membahasnya. inilah point-point seseorang bisa di katakan Murtad. :
1. Syak (ragu) kepada Allah.
2. Syak (ragu) kepada kerasulan nabi Muhammad anak Abdullah ibunya Aminah.
3. Syak (ragu) kepada Alqur’an,meragukan bahawa Alqur’an itu wahyu dari Allah.
4. Syak (ragu) bahwa akan ada hari Qiamat, hari akhir, Syurga dan Neraka dan lain-lain sebagainya.
5. Syak (ragu) bahwa Nabi Muhammad itu Isra’ dan Mikraj dengan ruh dan tubuh.
6. Meng’iktiqatkan bahwa Allah tidak mempunyai sifat, seperti ilmu, Hayat, Baqa, qidam dan lain-lainnya.
7. Meng’iktiqatkan bahwa Allah bertubuh seperti manusia.
8. Menghalalkan perbuatan yang haram yang Ulama telah sepakat tentang keharamannya,seperti, di halalkannya zina, membunuh, dan berhenti puasa.
9. Mengharamkan perbuatan yang Ulama telah sepakat tentang kebolehannya,seperti kawin haram, jual beli haram makan minum, dan sebagainya.
10. Meniadakan atau mengharamkan yang Ulama telah sepakat atas kewajibannya, seperti Shalat, Zakat, Haji, dan lain-lainnya.
11. Mengingkari keSahabatan Nabi yang paling utama, seperti Saidina Abu Bakar, Sidina Umar, dan lain-lainnya.
12. Mengingkari sepotong ayat atau keseluruhannya, atau menambah sepotong ayat atau seluruhnya dari Alqur’an dengan tujuan menjadi ia tambahan Alqur’an.
13. Mengingkari salah satu dari Rasul yang 25 dan Rasul yang telah sepakat para Ulama sekalian.
14. Mendustakan Para Rasulullah
15. Meng’iktiqatkan adanya Nabi setelah Nabi Muhammad anak Abdullah, ber Ibukan Aminah.
16. Mendakwakan dirinya jadi Nabi atau Rasul setelah Nabi Muhammad anak Abdullah, ber Ibukan Aminah.
Semoga kita dapat menjaga akan ‘iktiqat kita supaya kita tidak terjerumus kelembah kemurtatan,hanya ini yang dapat saya tuliskan semoga bermanfa’at untuk saya pribadi dan untuk para pembaca sekalian,semoga allah memberi kita taufiq dan hidayahnya dan di masukinya kita dalam syurga firdaus.amiin yarabbal’alamiin.
tulisan ini yang saya kutib dari seorang tokoh ulama ahlussunnah waljama’ah yaitu K.H. Sirajuddin Abbas. semoga Allah menempatkan beliu di akhirat dengan tempat sebaik-baiknya. amiin.

 


Read More..

Jumat, 06 Mei 2011

Dalil-dail Tawassul Dianjurkan dalam Islam

Rasulullah saw bersabda: Ketika Adam mengakui kesalahannya, dia berkata: ‘Wahai Tuhanku, jika aku memohonmu atas nama Muhammad, Engkau pasti akan mengampuniku’. Lalu Allah bertanya: ‘Wahai Adam, bagaimana kau tahu tentang Muhammad sedang Aku belum menciptakannya?’ Adam menjawab:’Tuhanku, sesungguhnya ketika Engkau menciptakanku, aku mengangkat kepalaku, dan aku melihat di kaki ‘Arsy tertulis “Laa ilaha illa Allah, Muhammadur Rasulullah”, dan aku tahu, bahwa Engkau tidak akan pernah menyambungkan nama-Mu kecuali dengan ciptaan yang sangat Engkau cintai’. Allah berfirman: ‘Kau benar wahai Adam, Muhammad adalah makhluk yang paling aku cintai, dan ketika kau memohon kepadaku atas namanya, maka Aku telah mengampunimu. Kalau bukan karena Muhammad, Aku tidak akan menciptakanmu”. Dalam riwayat Imam Thabrani ditambahkan:”….dia adalah Nabi terakhir dari keturunanmu”.
Bertawassul kepada Rasulullah saw sebagaimana do’a  Nabi Adam as tersebut di atas adalah sebuah bukti bahwa berdo’a dan meminta permohonan kepada Allah melalui perantara (wasilah)  bukanlah hal yang baru atau aneh, apalagi dianggap bid’ah.
Wasilah adalah segala hal yang dapat mendekatkan kepada sesuatu yang lain. Bentuk jama’ dari wasilah adalah wusul atau wasa’il. Sedangkan bentuk tunggalnya adalah tausil dan tawassul. Contohnya, “Si A bertawassul dengan sesuatu untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya”. Maka, dia mendekatkan diri kepada Tuhannya dengn sebuah wasilah. Maksudnya, dia mendekatkan diri kepada Allah melalui perantara amal baikya.
Allah swt berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya……(QS. Al-Maidh [5]:35)
Dalam ayat lain, Allah Swt berfirman: “Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapa di antara mereka yang dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang(harus) diatkuti.(QS Al-Isra’ [17]:57)
Dari dua ayat di atas dapat disimpulkan bahwa pertama, dibolehkannya bertawassul  kepada para Nabi dan orang-orang shaleh. Baik ketika mereka masih hidup maupun sepeninggal mereka. Kdeua, boleh juga bertawassul dengan amal baik masing-masing. Allah sendiri memerintahkan kepada kita untuk bertawassul sebagaimana pernah dilakukan oleh Rasulullah saw pada saat Fatimah binti Asad (ibu Ali bin Abi Thalib) wafat. Rasulullah  Saw bersabda:
اَللهُ الَّذِى يحُىْ وَيمُيِتُ وَهُوَ حَيٌّ لاَيَمُوْتُ اغْفِرْ لأِ مّىِ فَاطِمَةَ بِنْتِ أَسَدٍ وَلَقّنْهَا حُجَّتَهَا وَوَسِّعْ عَلَيْهَا مَدْ خَلَهَا ِبحَقّ ِنَبِيّكَ وَاْلأَنْبِيَاءِ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِى فَاءِنَّكَ اَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ وَكَبَّرَأَرْبَعًا وَاَدْخَلُوْ هَا هُوَ وَاْلعَبَّاسُ وَاَبُوْ بَكْرٍ الّصِدّيِقِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمْ
“Allah yang menghidupkan dan yang mematikan dan Dialah yang hidup tidak mati; Ampunilah! Untuk Ibu saya Fathimah binti Asad dan ajarkanlah kepadanya hujjah (jawaban ketika ditanya malaikat) kepadanya dan luaskan kuburnya dengan wasilah kebenaran Nabimu dan kebenaran para Anbiya’ sebelum saya, sesungguhnya Engkau Maha Pengasih dan Rasulullah takbir empat kali dan mereka memasukkan ke dalam kubur ia (Rasulullah), Sahabat Abbas Abu Bakar As-Shaddiq r.a.” (HR Thabrani).
Dalam hadits di atas, Rasulullah bertawassul kepada Allah dengan dirinya sebagai orang yang paling mulia,  juga bertawassul dengan nama para Nabi sebelumnya yang berhak mendapat shalawat dan salam.
Dalam kitab Riyadlus-Shalihin bab Wadaais-shahib hadits no.3, Rasulullah SAW mengizinkan Umar bertawassul dengannya, dan menyertakan Rasulullah saw dalam segala do’anya di Mekkah ketika umrah.
عَنْ عُمَرَبْنِ اْلخَطَّابِ رَضِىَاللهُ عَنْهُ قَالَ اِسْتَأْذَنْتُ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى اْلعُمْرَةِ فَأذِنَ لىِ وَقَالَ: لاَتَنْسَنَا يَااُخَيَّ مِنْ دُعَائِكَ فَقَالَ كَلِمَةً مَايَسُرُّنِى اَنَّ لىِ بِهَاالدُّنْيَا. وَفِى رِوَايَةِ قَالَ اَشْرِكْنَا يَااُخَىَّ فِى دُعَائِكَ. رواه ابوداود والترمذى
“Dari shahabat Umar Ibnul Khattab r.a. berkata: saya minta idzin kepada Nabi SAW untuk melakukan ibadah umrah, kemudian Nabi mengidzinkan saya dan Rasulullah SAW bersabda; wahai saudaraku! Jangan kau lupakan kami dalam do’amu; Umar berkata: suatu kalimat yang bagi saya lelah senang dari pada pendapat kekayaan dunia. Dalam riwayat lain; Rasulullah SAW bersabda: sertakanlah kami dalam do’amu”. (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)
Dalam hadits di atas Rasulullah meminta kepada sayyidina Umar untuk menyertakan Rasulullah dalam do’anya sayyidina Umar selama di Makkah, padahal kalau Rasulullah berdo’a sendiri tentu lebih diterima, tetapi beliau masih meminta do’a kepada sayyidinda Umar.
Rujukan lain untuk tawassul jenis ini seperti dalam kitab Sahhihul Bukhari jilid I, bahwa Sayyidina Umar Ibnul Khattab bertawassul dengan Rasulullah dan Sahabat Abbas ketika musim paceklik, sebagaimana disebutkan berikut ini:
عَنْ أَنَسٍ اَنَّ عُمَرَابْنَ اْلخَطَّابِ رَضِىَاللهُ عَنْهُ كاَنَ اِذَا قَحَطُوْا اِسْتَسْقىَ بِالعَبَّاسِبنِ عَبْدِاْلمُطَلِّبِ فَقَالَ: الَّلهُمَّ اِنَّا كُنَّا نَتَوَسَّلُ اِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِيْنَا وَاِنَّا نَتَوَسَّلُ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا, قَالَ: فَيُسْقَوْنَ.
 رواه البخارى
“Dari sahabat Anas; bahwasannya Umar Ibnul Khattab r.a. apabila dalam keadaan paceklik (kekeringan) ia memohon hujan dengan wasilah Sahabat Abbas Ibn Abdil Muthalib, maka berdo’a sayyidina Umar : Yaa Allah sesungguhnya kami bertawassul kepada Engkau dengan wasilah paman Nabi kami (Sahabat Abbas) maka berilah kami hujan, berkata Sayyidina Umar kemudian diturunkan hujan”. (HR Bukhari)
Bertawassul kepada orang-orang yang dekat kepada Allah seperti para nabi, rasul dan shalihin, bukan berarti meminta kepada mereka, tetapi memohon agar mereka ikut memohon kepada Allah agar permohonan do’a diterima Allah SWT. Sebab, seluruhnya juga adalah haq Allah, seperti disebutkan berikut ini:
لاَمَانِعَ لمِاَ أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لمِاَ مَنَعْتَ
“Tiada  yang bisa  mencegah kalau Allah mau memberi, dan tidak ada yang bisa memberi kalau Allah mencegahnya.”
قُلْ هُوَاللهُ اَحَدٌ, اَللهُ الصَّمَدُ
“Katakanlah Dia Allah yang Maha Esa dan Allah tempat meminta.”
Sesungguhnya bertawassul dengan berdo’a dan mempergunakan wasilah, baik dengan iman, amal shaleh dan dengan orang-orang yang dekat kepada Allah SWT jelas tidak disalahkan oleh agama bahkan dibenarkan. Bertawassul bukan berarti meminta kepada orang  yang dijadikan wasilah, melainkan  memohon agar yang dijadikan wasilah memberikan keberkahan untuk diterima do’a para pemohonnya.
Jadi, tidak ada unsur  syirik dalam bertawassul, karena pada saat bertawassul dengan orang-orang yang dekat kepada Allah Swt, seperti para Nabi, Para Rasul, para sholihin pada hakekatnya  tidak bertawassul degan dzat mereka, tetapi bertawassul dengan amal perbuatan mereka yang sholeh.
Karenanya, tidak mungkin kita bertawassul dengan orangorang yang ahli maksiat, pendosa yang menjauhkan diri dari Allah Swt, dan kita juga tidak bertawassul dengan pohon, baru, guung, kuburan kramat dsb.
Oleh karena itu wajar saja jika Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahullah, dalam risalahnya merasa perlu bertabayyun atau klarifikasi atas tuduhan beberapa orang yang ngatakan bahwa ia mengharamkan tawassul. Ia menuliskan “Sesungguhnya Sulaiman bin Suhaim telah berdusta terhadapku tentang banyak hal yang tidak pernah aku katakan, bahkan tidak pernah terlintas dibenakku. Di antaranya aku dianggap mengkafirkan orang-orang yang bertawassul melalui orang shaleh, aku juga dituduh mengkafirkan al-Bushiri karena mengatakan ‘wahai makhluk yang paling mulia’, aku juga difitnah membakar kitab dalailul khairat. semua itu hanya bisa aku jawab Maha Suci Engkau Ya Allah semua ini adalah dusta Besar.”
Malahan dalam al-Fatwa al-Kubra, Syaikh Abdul Wahab menjawab ketika ditanya tentang tawassul, beliau dengan tegas menjawab “ Tidak mengapa bertawassul dengan orang-orang Shaleh … asalkan mereka yang berdoa dengan jelas memohon seperti “aku memohon kepada-Mu dengan Nabi-Mu” atau “Dengan nama Rasul-Mu aku memohon agar…” atau “aku memohon kepada-Mu ya Allah, dengan hamba-hamba-Mu yang sholeh, semoga…” bahkan ketika mereka berdoa’a di atas kuburpun tidak ada masalah”
Wal hasil, tawassul dalam Islam dibolehkan, dan dianjurkan. Asalkan mereka yang bertawassul ini mengerti dan faham arti, serta cara-cara bertawassul. Dan sadar benar bahwa Yang Maha Kuasa hanyalah Allah swt.
Bertawassullah  dengan wasilah yang disenangi Allah, atau berdo’a dengan menyebut sesuatu yang disenangi Allah, tentu Allah akan menyenangi kita, dan meridloinya. Maka apa yang disenangi Allah, seyogyanya disebut dalam do’a. Dan tidak ada yang lebih disayangi di jagad raya ini kecuali Rasulullah saw. karena itu dalam setiap doa selalu ada sholawat dan salam kepadanya.
Read More..

faoto guru besar









Read More..