Selasa, 28 Desember 2010

Mengenal Tingkat Keyakinan Diri

SAUDARAKU, bila seseorang ragu akan keagungan Allah, namun lebih yakin pada kemampuan dirinya dengan pertolongan makhluk, maka jangan salahkan siapa pun kalau dalam hidupnya ia akan menemukan banyak kekecewaan.

Barang siapa ingin hidupnya selalu dilindungi, dibela, dimudahkan urusannya oleh Allah, dikabulkan doa-doanya, tetapi tidak pernah bersungguh-sungguh untuk meningkatkan mutu keyakinannya kepada Allah, maka keinginannya hanya akan menjadi sebuah angan-angan. Apalagi bila tanpa usaha nyata untuk mewujudkannya.

Ketahuilah, hanya Allah-lah yang seharusnya cukup menjadi penolong baginya, yang menjamin segala urusannya. Tidak ada satu pun penghalang jaminan Allah, kecuali su'udzan (buruk sangka) dari makhluk itu sendiri.

Kita harus terus meningkatkan mutu keyakinan kepada Allah, agar Allah juga selalu yakin untuk memberikan apa pun yang kita minta dan yang tidak kita minta. Lalu bagaimana cara meningkatkan keyakinan diri?

"Ilmul yaqin"

Ilmul yaqin adalah orang yang menyakini segala sesuatu berdasarkan ilmu. Misalnya, di Mekkah ada Kakbah. Kita percaya, karena menurut teorinya begitu, ilmunya begitu. Apa pun yang terjadi pada Kakbah kita percaya, karena belum tahu yang sebenarnya bagaimana.

"Ainul yaqin"

Ainul yaqin adalah orang yakin karena telah melihat dengan mata kepala sendiri. Orang yang telah pergi ke Mekkah, bisa melihat sendiri Kakbah. Keyakinannya akan berbeda dengan orang yang yakin berdasarkan teori atau ilmu. Orang
yang mengatakan Kakbah itu ujungnya bulat, kalau hanya dengan ilmu bisa jadi kita percaya. Tapi bagi orang yang telah melihatnya akan berkata sesuai dengan yang telah dia lihat.

"Haqqul yaqin"

Haqqul yaqin adalah orang yakin dan terbukti kebenarannya. Orang yang telah merasakan lezatnya tawaf, berdoa di Multazam, merasakan di ijabahnya doa, dan mengatakan Kakbah itu luar biasa sekali. Setelah pulang, doa kita diijabah dan susah didustakan. Akan semakin berbeda keyakinannya
dengan orang yang hanya yakin berdasarkan ilmu saja tanpa merasakan bukti kebenarannya.

Inilah cara untuk meningkatkan keyakinan kita. Ini juga yang menjadi tingkat keyakinan tertinggi kita, sehingga tidak bisa digempur dari sisi mana pun. Mulailah dari ilmul yaqin, ainul yaqin, dan akhirnya dengan haqqul yaqin. Hanya itulah yang akan meningkatkan keyakinan kita kepada Allah.

Semua yang ada di dunia adalah total milik Allah. Maka orang-orang yang hatinya bergantung kepada selain Allah, dia akan sangat rugi. Yakinlah, Allah yang akan mengatur segalanya. Kita sering mengatakan, "Allah...Maha- kaya." Tapi terbukti kita masih risau takut tidak kebagian rezeki.
"Allah Maha Penentu", "Allah yang menciptakan segala sesuatunya berpasang-pasangan", tetapi kita masih waswas tidak mendapatkan pasangan. Kita sering memuji kebesaran nama Allah, tapi kita sendiri ­kadang-kadang­ malah tidak
melakukan hal yang sesuai dengan apa yang kita katakan. Inilah pertanda kalau kita masih ainul yaqin belum sampai pada haqqul yaqin.

Saudaraku, semua yang ada di dunia adalah titipan semata, dan kita harus menjaganya sesuai dengan aturan Allah. Segala sesuatu akan kembali kepada-Nya. Untuk itu, sebelum segalanya kembali, kita harus pandai-pandai memanfaatkannya. Yakinlah, kita adalah milik Allah dan akan
kembali ke hadapan-Nya. Jangan pernah ragu akan sesuatu yang Allah miliki. Kita bukan pemberi hidayah, hanya Allah pemberi hidayah.

Kita berjuang memuliakan orang tua kita, bukan berarti kita sanggup memberikan petunjuk. Kita berjuang memuliakan mereka lewat doa dan perbuatan, dengan harapan Allah yang memberi petunjuk. Kita berjuang untuk mendapatkan hidayah. Jika Allah belum berkenan untuk memberikannya, kita tidak perlu kecewa. Allah pasti mencatat apa yang kita perjuangkan dan mungkin suatu hari Allah menghendakinya. Jika Allah telah mengizinkannya siapa yang bisa menghalanginya?

Kita harus mampu meningkatkan keyakinan kepada Allah, jangan hanya mengakui secara lisan. Yakinkan diri saat kita berdoa. Lakukan dengan sungguh-sungguh. Kita tidak perlu takut mati dan khawatir akan nafkah untuk anak dan istri kita. Selama hidup dan sampai kapan pun, bukan kita yang membiayainya, melainkan Allah. Untuk itu, cobalah terus untuk mendekatkan diri dan menyakinkan diri kepada Allah, di samping ikhtiar yang sempurna.

Dia lah Allah yang tidak akan pernah lupa kepada orang-orang yang yakin kepada-Nya. Walau kita punya uang, punya usaha, tetap minta agar Allah mencukupi. Hakikatnya semua yang kita miliki adalah dari Allah, dan itu adalah titipan-Nya.

Kita tidak boleh berbuat zalim kepada orang lain. Cobalah untuk rendah hati dan tawadlu. Penghargaan akan datang kepada kita tanpa harus berbuat zalim kepada orang lain. Kita harus belajar yakin bahwa tidak ada satu pun pengundang bencana, kecuali perilaku kita sendiri dan tidak
ada yang bisa menolong kita selain Allah.

Maka, sempurnakanlah ikhtiar kita sesuai dengan sunnatullah. Kejarlah pertolongan Allah, yaitu inayatullah. Semoga Allah menolong kita menjadi orang yang selalu rindu, bisa mengenal Allah dengan baik, dan diberi karunia keyakinan yang mantap. Orang-orang yang murtad dari agama, bisa jadi karena dia baru sampai pada ilmul yaqin. Yakin kepada Allah berdasarkan ilmu saja tidak cukup karena belum meresap ke dalam jiwa.

Sahabat, ternyata nurul yaqin atau cahaya keyakinan yang tersimpan di dalam hati seorang hamba Allah yang arif dan berkeyakinan teguh, datangnya dari khazanah kegaiban Allah Ta'ala. Alam semesta ini menjadi terang benderang karena
cahaya benda-benda langit yang diciptakan Allah. Sedang cahaya yang menerangi hati manusia adalah nur dari sifat-sifat Allah. Cahaya yang tampak adalah bekas cahaya yang diciptakan Allah, dan cahaya yang tidak tampak adalah cahaya dari sifat-sifat Allah.

Saudaraku, Allah SWT tidak bisa dilihat oleh mata karena mata ini terlalu lemah, melihat yang jauh saja tidak mampu, begitu pula untuk melihat yang sangat dekat. Orang yang hatinya diberi cahaya oleh Allah ketika melihat sesuatu, hatinya pun ikut melihat keagungan Allah. Misalnya seseorang yang hatinya telah diberi anugerah cahaya Allah,
maka ketika ia memandang keindahan alam semesta hatinya pun akan ikut merasakan keagungan Allah Yang Menciptakan alam ini.

Maka orang-orang yang hatinya bersih, dia akan melihat alam ini berbeda dengan yang terlihat oleh mata. Misalnya ada orang yang terpesona kepada boneka, dan dipujinya pabrik yang membuat bonekanya itu. Akan tetapi lain lagi dengan orang yang mata hatinya terbuka; mata melihat boneka dan hati melihat Allah. Artinya, ia akan semakin kagum dengan ciptaan Allah berupa manusia, termasuk dirinya.

Ya, sebab pertanyaannya, kenapa kita kagum kepada orang-orang yang membuat boneka, tetapi tidak kagum kepada anak yang memainkan boneka? Seharusnya melihat boneka saja kagum, apalagi melihat anak-anak yang memainkan boneka, padahal anak-anak yang memainkan boneka itu bisa menangis, bisa tertawa, bisa makan, dan lain sebagainya. Sedangkan boneka? tidak bisa apa-apa! Sungguh aneh, pabrik boneka dipuji, tetapi Pencipta anak-anak yang memainkan boneka tidak dipuji.

Kalau hati tertutup, maka dunia ini menakutkan. Melihat uang takut tidak mendapatkan bagiannya. Ketika sudah dapat, justru takut hilang. Akan tetapi bagi orang-orang yang hatinya terbuka, insya Allah tidak ada kerisauan tentang rezeki. Rezeki sudah pasti Allah yang membagikan, tidak akan pernah tertukar.

Marilah kita rasakan, apa pun yang kita raba dengan indra membuat kita mengenal hikmah di balik setiap kejadian yang ada. Hati-hati menjaga diri. Bencana tidak akan pernah menimpa kita, kecuali hasil perbuatan kita sendiri. Wallahu`alam bishawab.**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.