Jumat, 03 Desember 2010

Tuhan dan Kesedihan

Tuhan,
Aku perlukan kekuatan
Tuk melakukan kebaikan

Kesedihan, akan semakin bertalu-talu memekikkan ketika ianya ditulis, dirangkai dalam tangisan ataupun kau ungkapkan pada dunia. Dia seolah menari pada pelupuk matamu bahwa hanya dialah yang terbesar dalam semesta. Kau terhalang olehnya. Kau koyak olehnya. Kau terinjak-injak oleh wajahnya yang bengis.

Tangisan, membuatnya kian subur. Lalu ia sebarkan benihnya pada akalmu, tanganmu, lisanmu, kakimu ... hingga sempurna kau terpasung dalam kesedihan. Dan dia terbahak, telah berhasil merenggut kehidupanmu.

Kau terlanjur telah mengumumkan kesedihanmu pada dunia. Maka jangan salahkan manusia jika mereka berlomba menjadi dalang hidupmu. Suaranya bersahutan saling mendikte, berkomentar, menghibur – walau sebenarnya tak jarang hati semakin lara mendengar hiburan-hiburan lipsing itu- menguatkan, menasihati. Tidakkah suara manusia membuat hati dan kepalamu semakin sesak?

Pada akhirnya kau pilih menyepi. Kau cari pelukan Tuhanmu. Kau merengek, meminta,
memanja, bahkan tak jarang memaksa.
Tidak seperti manusia, yang ada waktunya merasa bosan oleh keluh kesahmu. Tapi Tuhan tidak. Selama kau terus berbicara pada-Nya selama itu pula Ia mendengarkan. Tak menyela. Tak membantah. Apatah lagi menghakimimu.

Apakah ‘diam-Nya’ adalah bentuk ketidakpedulian?
Bersabarlah teman, sebagaimana Dia pun sabar mendengarkan keluh kesahmu. Dia hanya ingin kau tuntaskan terlebih dahulu curahan hati yang pekat menggelayuti hatimu, segala teriakan dan rongrongan kesedihan yang membuatmu terpenjara, katakan semua gelisahmu pada-Nya. Percayalah, ketika kau tergugu mengetuk kasih-sayangNya, ketika itu pula Dia tengah memelukmu. Bukankah ketika semuanya telah tercurahkan dalam tangisan ada kelegaan yang menyeruak di hatimu? Ya, itulah pelukan rahman-rahimNya.
Dia-lah tempat pulang jiwa-jiwa lelah. Tempat peristirahatan impian-impian yang nyaris putus asa. Sumber pengharapan hamba-Nya.

Apalah artinya kehidupan ketika tak lagi miliki harapan. Dan kau masih memilki Tuhan Yang Maha Penyayang, maka memintalah pada-Nya akan nafas yang panjang untuk melewati segala terjal ini. Mintalah hati yang lapang pada-Nya, agar tak lantas sempit oleh kerikil kesedihan. Mintalah hati yang lembut, agar pandai merasakan cinta-Nya yang menyemesta hingga tak lantas kecewa ketika cinta manusia tak berbalas. Mintalah kekuatan untuk tetap dapat tersenyum pada segala lara yang menari di hati, biar kau bersahabat dengannya dan menciptakan kepribadiaan kokoh penuh iman.

Jangan lupa pula untuk meminta pada-Nya, agar wajah dan hati ini hanya menghadap pada-Nya, tak bosan mendekati-Nya, meminta-Nya, memuji-Nya, mencintai-Nya. Hanya kepada-Nya. Tidak kepada makhluk-Nya.

Ketika kau telah mendapatkan hati yang kaya syukur dan lapang keikhlasan, bukan mustahil Allah gerakkan seluruh isi semesta ini untuk membahagiakanmu, juga mengabulkan permintaanmu. Sebaliknya, semakin kamu memaksa, semakin kuat magnet semesta menolak.

Tuhanku,
Untuk mencintai-Mu
Ku perlukan pertolongan-Mu

-Nati. Bandung, 19 Nov 2010 - 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.